Batu Bara

Harga Batu Bara Acuan September Turun Jadi USD 103

Harga Batu Bara Acuan September Turun Jadi USD 103
Harga Batu Bara Acuan September Turun Jadi USD 103

JAKARTA - Pergerakan harga batu bara kembali mengalami penyesuaian di pertengahan September 2025. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi menetapkan bahwa harga batu bara acuan (HBA) periode kedua September turun menjadi USD 103,49 per ton, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 307.K/MB.01/MEM.B/2025 yang dirilis di Jakarta, Selasa (16 September 2025).

Penurunan ini mencerminkan tren koreksi setelah pada awal September harga sempat mencatatkan kenaikan. Dengan begitu, dinamika harga komoditas energi ini kembali menegaskan fluktuasi yang cukup cepat, dipengaruhi faktor permintaan, pasokan, dan kondisi global yang terus bergerak.

Koreksi Harga Setelah Lonjakan Sebelumnya

Pada periode pertama September 2025, harga batu bara acuan sempat menguat cukup signifikan. Kala itu, HBA naik sekitar 4,6 persen, dari USD 100,69 per ton pada periode kedua Agustus menjadi USD 105,33 per ton.

Namun, tren positif tersebut tidak bertahan lama. Memasuki periode kedua, harga kembali mengalami penurunan sekitar 1,75 persen, sehingga berada di level USD 103,49 per ton. Angka ini menunjukkan bagaimana pasar batu bara masih rentan terhadap gejolak jangka pendek, baik dari sisi suplai maupun kebijakan negara produsen dan konsumen utama.

Kategori HBA Mengalami Perubahan

Selain HBA dengan nilai kalor 6.322 kcal/kg GAR, Kementerian ESDM juga menetapkan harga untuk tiga kategori lainnya, yaitu HBA I, HBA II, dan HBA III, berdasarkan nilai kalori yang berbeda. Penyesuaian ini berlaku untuk periode 15–30 September 2025, dengan rincian sebagai berikut:

HBA (6.322 GAR): USD 103,49 per ton (turun dari USD 105,33 pada periode pertama September 2025).

HBA I (5.300 GAR): USD 64,40 per ton (turun dari USD 66,50 pada periode pertama September 2025).

HBA II (4.100 GAR): USD 42,58 per ton (naik dari USD 42,30 pada periode pertama September 2025).

HBA III (3.400 GAR): USD 32,78 per ton (naik dari USD 32,32 pada periode pertama September 2025).

Data tersebut menegaskan bahwa meskipun harga batu bara utama melemah, sebagian kategori lain justru mengalami kenaikan tipis.

Konteks Fluktuasi Harga Global

Harga batu bara dunia belakangan ini memang cenderung bergejolak. Berbagai faktor global memengaruhi tren harga, mulai dari permintaan energi di Asia, kebijakan lingkungan, hingga dinamika geopolitik. China sebagai konsumen terbesar batu bara dunia terus melakukan pengawasan ketat terhadap produksi domestik. Hal ini membuat pasokan internasional sangat bergantung pada regulasi dan kebijakan energi negeri tersebut.

Sementara itu, kondisi ekonomi global yang masih menghadapi ketidakpastian juga memberi pengaruh terhadap permintaan. Transisi energi di banyak negara menimbulkan dilema: di satu sisi ada upaya mengurangi ketergantungan pada batu bara, tetapi di sisi lain kebutuhan energi murah dan stabil tetap tinggi.

Dampak Bagi Industri dan Pasar Domestik

Penurunan HBA pada periode kedua September memberi sinyal bagi industri pertambangan dalam negeri untuk lebih berhati-hati. Bagi perusahaan yang menjual batu bara dengan acuan HBA, perubahan harga akan berpengaruh langsung pada pendapatan ekspor maupun transaksi domestik.

Namun, adanya kenaikan pada HBA II dan HBA III juga menunjukkan peluang tersendiri bagi produsen yang menggarap segmen batu bara berkalori rendah. Fluktuasi harga ini pada akhirnya mendorong pelaku industri untuk lebih adaptif terhadap dinamika pasar.

Kebijakan Pemerintah Tetap Jadi Acuan

Pemerintah melalui Kementerian ESDM terus memperbarui harga acuan batu bara setiap dua pekan sekali. Kebijakan ini diambil agar harga yang berlaku di pasar domestik dan ekspor tetap mencerminkan kondisi terkini. Keputusan tersebut juga penting dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan produsen, konsumen, dan negara sebagai penerima devisa dari sektor pertambangan.

Penetapan HBA tidak hanya berfungsi sebagai referensi dalam kontrak jual-beli, tetapi juga menjadi rujukan dalam perhitungan royalti serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Oleh karena itu, perubahan sekecil apa pun dalam HBA bisa berdampak signifikan pada perekonomian.

Prospek ke Depan

Menilik pergerakan harga selama Agustus hingga pertengahan September 2025, tren fluktuasi diperkirakan masih akan berlanjut. Pasar diprediksi tetap sensitif terhadap kebijakan energi global, terutama dari negara-negara besar seperti China dan India.

Selain itu, transisi energi menuju sumber yang lebih ramah lingkungan akan terus memberi tekanan jangka panjang terhadap permintaan batu bara. Meski demikian, dalam jangka pendek komoditas ini masih akan memainkan peran vital sebagai sumber energi utama, terutama di kawasan Asia.

Dengan ditetapkannya harga batu bara acuan periode kedua September di level USD 103,49 per ton, pelaku industri diingatkan untuk terus mencermati arah pergerakan pasar. Koreksi harga ini sekaligus memperlihatkan bahwa dinamika energi global tetap menjadi faktor penentu dalam menentukan stabilitas sektor pertambangan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index