JAKARTA - Harga batu bara global menunjukkan pergerakan stabil pada perdagangan Kamis, 20 November 2025.
Pasar Asia terus mencermati pasokan dan permintaan, terutama terkait impor China yang fluktuatif. Kontrak Newcastle untuk November 2025 tercatat stabil di USD111 per ton, sementara kontrak Desember naik tipis menjadi USD114,25 per ton. Kenaikan ini menandakan ekspektasi permintaan yang lebih kuat menjelang musim dingin.
Mongolia Muncul Sebagai Pemasok Strategis
Data bea cukai China menunjukkan impor batu bara dari Mongolia melonjak 20 persen secara tahunan pada Oktober 2025, mencapai 7,76 juta ton. Meskipun turun dibanding rekor September 9,29 juta ton, posisi Mongolia semakin penting di tengah tekanan pasokan domestik China.
Sebaliknya, impor dari Rusia turun 18 persen menjadi 6,79 juta ton, dan Indonesia turun 12 persen menjadi 18,7 juta ton. Kondisi ini memperkuat peran Mongolia sebagai pemasok efisien logistik yang menjadi alternatif utama China.
Kontrak Berjangka Tampilkan Pola Campuran
Pergerakan harga di pasar Rotterdam juga relatif stabil dengan volatilitas terbatas. Kontrak November turun tipis USD0,15 ke USD96,1 per ton, sementara kontrak Desember menguat USD0,85 menjadi USD98,65, dan Januari 2026 naik USD0,55 ke USD99,05.
Kenaikan kontrak mendatang mencerminkan ekspektasi permintaan energi yang meningkat, baik di Eropa maupun Asia, sepanjang musim dingin. Pasokan yang ketat juga menjadi faktor utama menjaga harga tetap tinggi.
China Tertekan Pembatasan Produksi Domestik
Pembatasan produksi dan pemeriksaan keselamatan tambang di China sejak pertengahan tahun menekan kapasitas domestik. Akibatnya, China mengandalkan impor sebagai solusi jangka pendek, sehingga pasokan dari Mongolia meningkat saat total impor China justru menurun 10 persen tahunan pada Oktober.
Ketergantungan ini memberi sentimen positif pada pasar global, karena pasar menilai pasokan dari Mongolia lebih stabil dan efisien dibanding pemasok lain yang mengalami kendala logistik dan geopolitik.
Dinamika Pasokan dan Permintaan Global
Negara pemasok utama seperti Indonesia, Rusia, dan Australia menghadapi kontraksi volume pengiriman akibat tren penurunan total impor China. Penurunan ini terjadi meskipun harga global tetap tinggi, menunjukkan tekanan permintaan domestik China masih menjadi variabel dominan di pasar.
Investor tetap waspada terhadap potensi guncangan pasokan, sementara pasar berjangka menunjukkan ekspektasi permintaan tetap kokoh namun terukur. Mongolia berperan sebagai katalis positif, menjaga stabilitas harga batu bara global di tengah ketidakpastian pasokan.
Outlook Pasar Batu Bara Jangka Pendek
Gambaran keseluruhan menegaskan pasar batu bara global berada dalam fase penyesuaian. Dengan permintaan energi yang meningkat memasuki musim dingin dan kebijakan pembatasan produksi China yang belum longgar, Mongolia diperkirakan tetap menjadi pemasok strategis.
Kontrak berjangka, volatilitas harga terbatas, dan ekspektasi permintaan stabil menunjukkan investor dan pelaku pasar masih mengandalkan sentimen Mongolia sebagai faktor penyeimbang, sekaligus memantau perubahan pasokan dari pemasok utama lainnya.