JAKARTA - Pergerakan sektor properti pada 2026 diperkirakan akan tetap menunjukkan arah positif.
Berdasarkan analisis Leads Property, dinamika tahun depan tidak akan jauh berbeda dari perkembangan pada 2024–2025, terutama pada segmen yang konsisten mencatatkan permintaan stabil. Dengan pola yang mulai terlihat, pasar properti memasuki fase yang lebih solid dan memberikan sinyal pemulihan yang berkelanjutan.
Associate Director Research & Consultancy Leads Property, Martin Hutapea, menjelaskan bahwa sejumlah sektor komersial masih menunjukkan ketahanan yang baik. Stabilitas pada beberapa segmen menjadi indikator penting bagi investor maupun pelaku usaha untuk membaca daya tarik pasar 2026.
Sektor Komersial Tetap Stabil dan Menjadi Penopang Aktivitas
Dalam pengamatan yang dilakukan, properti komersial seperti hotel dan retail diperkirakan mempertahankan tingkat okupansi yang stabil. Meski kondisi pasar tidak selalu berjalan mulus, performa kedua sektor ini tetap berada pada level yang dianggap aman.
“Dari hasil pengamatan berbagai sektor, properti komersial seperti hotel dan retail disebut memiliki tingkat okupansi dan pergerakan yang relatif stabil,” kata Martin Hutapea, Kamis, 20 November 2025.
Sementara itu, sektor perkantoran (office) mulai menunjukkan perbaikan permintaan. Kembalinya aktivitas bisnis serta ekspansi sejumlah perusahaan membuat kebutuhan ruang kerja meningkat lagi. Kondisi ini memberikan sinyal bahwa perusahaan-perusahaan telah mulai lebih percaya diri untuk memperluas operasi mereka setelah beberapa waktu menahan investasi.
Tidak hanya itu, properti industri dan pergudangan (industrial & warehouse) juga diperkirakan semakin menguat. Kebutuhan penyimpanan barang yang meningkat, serta perkembangan sektor logistik, menjadi pendorong utama aktivitas di sektor ini.
Hunian Tapak Tetap Jadi Motor Penjualan Properti
Meski beberapa sektor terus menguat, pasar kondominium masih menghadapi tantangan permintaan yang rendah. Minat tetap ada, tetapi belum cukup besar untuk menciptakan lonjakan penjualan.
Sebaliknya, hunian tapak justru menjadi segmen yang paling bertumbuh dan menjadi pilar utama bagi pasar properti 2026.
Banyaknya proyek rumah tapak yang diluncurkan sepanjang kuartal II dan III 2025 menunjukkan bahwa minat konsumen terhadap hunian jenis ini masih sangat tinggi. Rencana peluncuran proyek lanjutan pada kuartal IV memperkuat posisi hunian tapak sebagai motor utama penjualan tahun depan.
“Booster-nya masih dari sektor hunian tapak,” ujar Martin.
Pertumbuhan segmen hunian juga dipengaruhi oleh populasi Indonesia yang besar dan terus meningkat setiap tahun. Kebutuhan rumah tinggal tetap menjadi prioritas bagi keluarga muda maupun masyarakat berpenghasilan menengah.
Dari sisi pembiayaan, skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih menjadi faktor yang menentukan. Walaupun suku bunga KPR menurun, beberapa calon pembeli dikabarkan belum dapat memenuhi persyaratan bank untuk pengajuan kredit.
Namun perbankan mulai menawarkan solusi agar debitur tetap dapat mengakses pembiayaan. Salah satu strategi yang banyak diterapkan adalah memperpanjang tenor dari 15 tahun menjadi 20 tahun, sehingga cicilan bulanan menjadi lebih ringan dan sesuai ketentuan bank.
“Ini jadi salah satu strategi yang cukup membantu pasar,” tambah Martin.
Lahan Industri Menjadi Mesin Pertumbuhan Baru
Dari seluruh sektor yang diamati, lahan industri menjadi salah satu yang paling menjanjikan pada 2026. Associate Director Head of Industrial Services Leads Property, Esti Susanti, memaparkan bahwa permintaan kumulatif lahan industri pada tahun tersebut berpotensi mencapai 190–200 hektare.
Peningkatan permintaan ini terutama dipicu perusahaan asal Tiongkok yang mencari lokasi produksi baru. Kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membuat produsen Tiongkok harus melakukan diversifikasi pusat manufaktur untuk mengurangi risiko geopolitik dan hambatan ekspor ke pasar global.
“Mereka membutuhkan pabrik yang sudah siap digunakan. Polanya adalah sewa, bukan beli, karena proses akuisisi lahan cukup panjang. Mereka ingin datang hari ini dan bisa mulai produksi esok hari,” jelas Esti.
Perusahaan Tiongkok umumnya memilih masa sewa 3–5 tahun. Rentang waktu ini memberi mereka kesempatan untuk menilai efisiensi tenaga kerja, logistik, hingga stabilitas operasional sebelum menetapkan rencana ekspansi jangka panjang.
Bangunan yang paling diminati adalah gudang modern dan pabrik siap pakai. Tren ini semakin terlihat dari riset Leads Property hingga kuartal III 2025 yang menunjukkan bahwa total pasokan lahan industri di Jabodetabek mencapai 13,8 ribu hektare, dengan penambahan pasokan baru sekitar 24 hektare.
Dari sisi transaksi, 26 hektare di antaranya didominasi kawasan Bekasi dan Cikarang. Aktivitas transaksi terutama berasal dari industri logistik, farmasi–kesehatan, tekstil, dan barang konsumsi.
Selain itu, pusat data (data center) berskala menengah hingga hyperscale juga semakin agresif memasuki kawasan industri. Kehadiran data center turut mendorong kebutuhan infrastruktur pendukung, yang akhirnya memperkuat ekosistem industri secara keseluruhan.
Pasokan Baru Datang, Permintaan Tetap Lebih Tinggi
Pada tahun berikutnya, diproyeksikan akan hadir 230 ribu meter persegi gudang dan pabrik siap pakai di Jabodetabek. Tingkat okupansi diperkirakan tetap kuat di angka 90–92 persen, dengan kenaikan harga sewa sekitar 1–2 persen.
Meski demikian, suplai yang tersedia dinilai belum sepenuhnya memenuhi permintaan pasar. Tingginya minat terhadap ruang industri menunjukkan bahwa sektor ini masih memiliki ruang pertumbuhan yang luas.