LCEV

Investasi LCEV Perkuat Industri Komponen Otomotif Indonesia

Investasi LCEV Perkuat Industri Komponen Otomotif Indonesia
Investasi LCEV Perkuat Industri Komponen Otomotif Indonesia

JAKARTA - Perkembangan kendaraan rendah emisi atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) di Indonesia menunjukkan hasil nyata sejak program ini mulai digencarkan pada 2022. 

Data terbaru Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap bahwa produksi LCEV secara nasional telah mencapai angka signifikan dan memberikan dampak luas bagi ekosistem industri otomotif.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, menyampaikan bahwa produksi LCEV periode 2022 hingga September 2025 kini mencapai 878.000 unit. 

Capaian ini merupakan akumulasi sejak pemerintah menerapkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 36/2021 yang menjadi fondasi percepatan program kendaraan rendah emisi.

"Secara kumulatif, total produksi kendaraan LCEV pada periode 2022 hingga September 2025 telah mencapai 878.000 unit dengan melibatkan 274 industri komponen lokal,” ujar Setia dalam acara peletakan batu pertama pabrik komponen otomotif Bosch di Cikarang, Jawa Barat.

Pertumbuhan ini menandakan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar kendaraan rendah emisi, tetapi sudah mengembangkan kemampuan produksi yang kuat dengan melibatkan ratusan industri komponen dalam negeri.

Investasi Puluhan Triliun Perkuat Industri dan Teknologi Lokal

Seiring meningkatnya aktivitas produksi, pemerintah mencatat masuknya investasi baru yang memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok LCEV. 

Setia menyebutkan bahwa total investasi keseluruhan mencapai Rp 22,37 triliun, berasal dari 15 perusahaan industri kendaraan (OEM) serta 274 industri komponen lokal yang terlibat dalam rantai produksi.

Masuknya investasi ini menunjukkan tingginya kepercayaan perusahaan global terhadap arah pengembangan industri kendaraan rendah emisi di Indonesia. Selain itu, nilai investasi tersebut menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki daya tarik yang kuat sebagai pusat produksi LCEV di kawasan Asia Tenggara.

Kontribusi subsektor industri ini dinilai sangat signifikan karena telah menyerap 182.000 karyawan, sebuah angka yang menunjukkan bahwa transisi menuju kendaraan rendah emisi tidak hanya berdampak pada teknologi, tetapi juga membuka peluang besar bagi tenaga kerja lokal.

Setia berharap bahwa berdirinya fasilitas baru Bosch di Cikarang akan semakin memperkuat investasi yang sudah ada. Dengan teknologi yang dibawa perusahaan tersebut, pengembangan LCEV di Tanah Air diperkirakan akan meningkat pesat dalam beberapa tahun ke depan.

Bosch Bawa Teknologi Komponen Canggih untuk Elektrifikasi

Pabrik baru milik Bosch yang dibangun di Cikarang menjadi salah satu bagian penting dalam upaya memperkuat rantai pasok kendaraan rendah emisi di Indonesia. Fasilitas tersebut akan memproduksi berbagai komponen bernilai tinggi yang dibutuhkan kendaraan modern berbasis elektrifikasi.

Menurut Setia, pabrik tersebut akan memproduksi electronic control unit engine, electric cooling fan, wiper, serta Battery Management System (BMS). Komponen terakhir menjadi perhatian khusus karena berperan vital dalam kendaraan listrik.

“(BMS) adalah komponen dengan nilai tambah tinggi dan teknologi canggih yang berperan penting dalam mendukung pengembangan kendaraan berbasis elektrifikasi di Indonesia,” ujarnya.

Dengan hadirnya pabrik ini, Indonesia tidak hanya memperkuat kapasitas produksi LCEV, tetapi juga meningkatkan kemampuan manufaktur komponen teknologi tinggi. Kehadiran Bosch diharapkan dapat mendorong transfer pengetahuan kepada tenaga kerja lokal dan memperkuat daya saing industri nasional.

Dampak Ekosistem LCEV ke Industri Komponen dan SDM Lokal

Pertumbuhan LCEV membawa efek berantai bagi industri otomotif dalam negeri, terutama bagi produsen komponen lokal yang kini terlibat langsung dalam rantai suplai kendaraan rendah emisi. 

Dengan 274 industri komponen berpartisipasi, Indonesia telah membangun ekosistem yang cukup matang untuk menghadapi persaingan industri global yang semakin ketat.

Selain itu, peningkatan produksi LCEV membutuhkan kemampuan teknik yang lebih maju. Karena itu, kehadiran pabrik-pabrik baru seperti Bosch diyakini mampu mengembangkan kompetensi tenaga kerja nasional melalui teknologi yang diterapkan dalam fasilitas tersebut.

Setia menegaskan bahwa proses produksi kendaraan rendah emisi tidak hanya bergantung pada inovasi elektronik, tetapi juga pada kesiapan industri pendukung. Dengan semakin banyaknya pabrik komponen beroperasi, peluang pengembangan SDM lokal semakin terbuka lebar.

Dalam konteks ini, pemerintah berharap kolaborasi antara industri, tenaga kerja, dan ekosistem pendidikan dapat mempercepat inovasi yang diperlukan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat industri elektrifikasi yang kuat di kawasan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index