Nikel

Impor Nikel Indonesia Meningkat Seiring Kapasitas Smelter

Impor Nikel Indonesia Meningkat Seiring Kapasitas Smelter
Impor Nikel Indonesia Meningkat Seiring Kapasitas Smelter

JAKARTA - Indonesia, meski memiliki cadangan nikel terbesar dunia, kini mengimpor bijih nikel dari Filipina. 

Lonjakan ini sejalan dengan pertumbuhan kapasitas smelter domestik yang terus meningkat pesat.

Ketua Umum FINI, Arif Perdana Kusumah, menekankan bahwa ekosistem hilirisasi nikel memerlukan keseimbangan antara tambang, smelter, dan kebijakan pemerintah. “Pertumbuhan smelter yang cepat memerlukan perencanaan tambang yang sejalan agar pasokan bahan baku tetap stabil,” ujarnya.

Cadangan Melimpah, Tapi Impor Tetap Diperlukan

Data FINI mencatat Indonesia memiliki cadangan nikel 55 juta ton logam nikel, sekitar 45 persen cadangan global. Meski begitu, kapasitas smelter yang meningkat membuat kebutuhan bijih juga meningkat, sehingga impor dari Filipina menjadi solusi strategis.

Impor ini juga membantu menyesuaikan rasio Si:Mg yang dibutuhkan dalam proses produksi smelter. Pada 2024, impor Indonesia dari Filipina mencapai 10,4 juta ton, diperkirakan meningkat menjadi 15 juta ton pada 2025, senilai sekitar 9,9 miliar dolar AS atau Rp 163,5 triliun.

Pertumbuhan Kapasitas Smelter Indonesia Signifikan

Kapastitas smelter Indonesia meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir, dari 250.000 ton nikel kelas dua pada 2017 menjadi 1,8 juta ton nikel kelas dua dan 395.000 ton nikel kelas satu pada 2024. Pangsa pasar Indonesia kini mencapai lebih dari 60 persen kebutuhan global.

Arif menekankan pentingnya koordinasi antara tambang dan smelter agar kebutuhan industri terpenuhi seiring pertumbuhan kapasitas. Pemerintah juga terus mendukung eksplorasi dan kepatuhan teknis penambangan untuk mendukung hilirisasi nikel.

Indonesia Diprediksi Jadi Produsen Nikel Terbesar Dunia

Perusahaan tambang seperti Eramet Indonesia optimistis, menilai Indonesia akan menjadi pusat produksi nikel global dalam 10 tahun mendatang. Pada 2023, Indonesia menyuplai 55 persen produksi nikel dunia, dan proyek Weda Bay Nickel diproyeksi menghasilkan 32 juta ton pada 2024.

CEO Eramet, Jérôme Baudelet, menegaskan, “Sebanyak 70 persen produksi nikel dunia nantinya akan berasal dari Indonesia.” Meski menghadapi tantangan pasokan bijih, impor dari Filipina menunjukkan tingginya permintaan domestik dan ekspansi kapasitas produksi.

Strategi Berkelanjutan untuk Industri Nikel

Jérôme menekankan masa depan industri nikel Indonesia cerah berkat sumber daya alam melimpah. “Kami berkomitmen menjaga keseimbangan pasokan dan tidak akan memproduksi lebih dari kebutuhan pasar,” ujarnya.

Pendekatan berkelanjutan ini juga diharapkan menjaga posisi Indonesia sebagai pemain utama di pasar global, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi domestik melalui pengembangan hilirisasi nikel dan produk nikel berkualitas tinggi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index