BBM

Tren Baru, Warga RI Beralih ke BBM Non-Subsidi

Tren Baru, Warga RI Beralih ke BBM Non-Subsidi
Tren Baru, Warga RI Beralih ke BBM Non-Subsidi

JAKARTA - Fenomena pergeseran konsumsi BBM di Indonesia mulai terlihat sejak pertengahan 2025. 

Konsumen yang sebelumnya setia menggunakan BBM subsidi seperti Pertalite (RON 90) dan solar bersubsidi, kini banyak yang beralih ke BBM non-subsidi, terutama Pertamax Turbo.

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo, menyebut permintaan Pertamax Turbo meningkat hingga 76%. Peningkatan ini mendorong Pertamina menambah pasokan dari kilang dan impor agar kebutuhan pasar terpenuhi.

Kebijakan Digitalisasi Dorong Penurunan Subsidi

Salah satu faktor utama pergeseran ini adalah penerapan digitalisasi pembelian BBM bersubsidi menggunakan QR Code. Dengan sistem ini, penyaluran BBM subsidi lebih terkontrol dan tepat sasaran.

“Kuota solar sampai Oktober 2025 terkendali di bawah 1,5%, sementara Pertalite sekitar 10% dari kuota tahun ini,” ujar Mars Ega. Kuota Pertalite tahun 2025 tercatat 31,1 juta KL, sedangkan solar bersubsidi mencapai 17,3 juta KL.

Target Penjualan Pertamax Turbo Melampaui Perkiraan

Pj Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, mengatakan realisasi penjualan Pertamax Turbo saat ini telah mencapai sekitar 300 ribu KL, melampaui target awal 170 ribu KL per tahun.

Roberth memperkirakan tren ini akan semakin meningkat saat Natal dan Tahun Baru, karena mobilitas masyarakat bertambah. Hal ini menunjukkan masyarakat semakin percaya menggunakan BBM non-subsidi yang berkualitas tinggi.

Efisiensi Anggaran Subsidi BBM

Dirjen Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menyebut perubahan pola konsumsi ini juga berdampak pada penghematan anggaran subsidi. Penjualan Pertalite turun dari 81.106 KL pada 2024 menjadi 76.970 KL di 2025, sementara BBM non-subsidi meningkat dari 19.061 KL menjadi 22.723 KL.

“Efisiensi subsidi Pertalite bisa mencapai Rp 12,6 triliun, turun dari Rp 48,9 triliun menjadi Rp 36,314 triliun. Shifting ini membantu pemerintah mengelola anggaran lebih efektif,” kata Laode.

Manfaat Lingkungan dan Ekonomi

Peralihan ke BBM non-subsidi, terutama yang memiliki oktan lebih tinggi, bukan hanya berdampak pada efisiensi anggaran, tetapi juga mendukung kendaraan beroperasi lebih bersih dan optimal. Konsumen mendapatkan performa mesin lebih baik, sementara negara bisa mengurangi beban subsidi.

Selain itu, peningkatan konsumsi BBM non-subsidi membuka peluang bisnis bagi Pertamina untuk memperluas layanan dan distribusi produk, sekaligus mendorong pertumbuhan industri energi domestik.

Pandangan Ke Depan

Fenomena pergeseran konsumsi ini diperkirakan akan terus berlanjut, seiring pemerintah dan Pertamina mendorong digitalisasi dan pengendalian BBM subsidi. Strategi ini diharapkan mendukung stabilitas harga, efisiensi anggaran, dan transisi energi bersih di Indonesia.

Dengan adanya pergeseran ini, masyarakat mulai menyadari manfaat BBM berkualitas tinggi, sementara pemerintah bisa memaksimalkan alokasi subsidi untuk sektor yang lebih membutuhkan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index